Kelompok Ekstrimis Kristen Ancam Muslim di Irlandia

Dublin – Sebuah kelompok ekstremis Kristen anonim di Republik Irlandia telah menteror sekolah Muslim dan masjid di ibukota Dublin dengan mengirim surat mengancam akan menyerang setiap pria, wanita atau anak-anak yang  terlihat memasuki masjid.

Mengacu pada perencanaan kompleks masjid € 40m di Clongriffin, utara Dublin, surat tidak hanya mengancam Muslim yang tinggal di Irlandia, tetapi juga siapa saja yang dianggap Muslim.

Kepala Eksekutif Dewan Imigran , Denise Charlton dikutip oleh Irish Cermin mengatakan: “Munculnya surat ini dan ancaman itu bersifat menakutkan dan mengkhawatirkan” seperti dilansir worldbulletin pada

Surat itu berisi banyak retorika nasionalis yang semakin umum digunakan di Eropa akhir-akhir ini, seiring dengan

meningkatnya jumlah penduduk dan kekuatan politik umat Islam di benua itu. Beberapa hal itu telah menguji batas-batas multikulturalisme dan keragaman.

Sikap anti Islam juga dilaporkan terjadi di Afrika baru-baru ini, Angola dilaporkan melarang keberadaan agama Islam dan mulai menghancurkan masjid serta menjadi negara pertama di dunia untuk melakukannya.

Pada hari Jumat (22/11), beberapa surat kabar di negara Afrika Selatan mengutip Menteri Kebudayaan Angola, Rosa Cruz e Silva , yang mengatakan bahwa ” proses legalisasi Islam belum disetujui oleh Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia, Masjid karena itu akan ditutup sampai pemberitahuan lebih lanjut,”

Namun, pada hari Senin (25/11), seorang pejabat yang tidak disebutkan namanya di Kedutaan Angola di Washington DC membantah bahwa bangsanya telah melarang keberadaan agama Islam. Ia mengatakan “Republik Angola adalah negara yang tidak ikut campur dalam agama”.

” Kami memiliki banyak agama di sana. Ini adalah kebebasan beragama. Kami memiliki Katolik, Protestan , Baptis, Muslim dan orang-orang injili,” tambah pejabat itu.

Pada bulan Oktober, Muslim yang tinggal di kotamadya Viana Zango di ibukota Luanda, terkejut karena mengetahui menara masjid mereka dibongkar menjadi beberapa bagian. Pihak berwenang tidak memberikan penjelasan yang tepat terkait langkah itu.