Tak Ada Tangisan Kematian Ariel Sharon di Tugu Sabra dan Shatila

Tak Ada Tangisan untuk Sharon di Tugu Peringatan Sabra-Shatilla
Beirut – Abu Jamal masih ingat ketika milisi Lebanon yang bersekutu dengan Israel
membangunkan dia dan keluarganya pada suatu pagi di awal September, lebih dari tiga dekade yang lalu. Mereka diseret keluar ke jalan.
Orang-orang bersenjata itu memaksa dia dan pengungsi Palestina lainnya di kamp Sabra dan Shatila untuk berbaris, memisahkan laki-laki dan perempuan. Kemudian, menarik satu persatu para pemuda dari barisan tersebut untuk dibunuh. Putra Abu Jamal, masih berusia 19 tahun pada saat itu, salah seorang di antara yang mereka pilih.
“Dia berada di tahun terakhir sekolahnya ,” kata Abu Jamal, yang memakai pin dengan gambar anaknya pada sweaternya.
“Dia tidak pernah melihat ijazahnya,” lirih Abu Jamal, seperti dikutip dari World Bulletin, Ahad, 12 Desember 2014.
Pasukan Israel turut mendulang pertumpahan darah, yang turun dalm salah satu tragedi kekejaman terburuk dari perang saudara 1975-1990 di Lebanon. Ariel Sharon, yang mati pada hari Sabtu, (11/01)  menjabat sebagai menteri pertahanan pada waktu dan warga Palestina di Sabra dan Shatila menyalahkan dia untuk ratusan korban pembantaian.
Mungkin tidak mengejutkan, jika para keluarga korban menunjukkan sedikit simpati ketika mereka mendengar kabar kematian Sang Jagal Israel itu setelah delapan tahun terbujur dalam keadaan koma.
Duduk di rumahnya di dekat jalan dari mana tugu peringatan berdiri di lokasi kuburan massal, Milany Boutrous Alha Bourje seorang nenek berusia 70 tahun. Ia mengingat bagaimana suami dan putranya ditembak mati pasukan Israel kala itu. Sharon, katanya, layak mendapatkan jauh yang lebih buruk daripada apa yang dia dapat saat ini.
“Semoga Allah SWT mengirim dia ke dasar bumi,” katanya, foto hitam putih dari keluarganya yang telah dibunuh terlihat dihiasi bunga mawar merah bersandar di dinding.
“Saya berharap dia menderita seperti penderitaan yang kami rasakan. Tiga puluh dua tahun kami telah menderita. Dia (terbaring, red) berada di negara itu selama delapan tahun, tapi aku berharap dia menderita selama 10 tahun lagi,” pungkas Bourje.
Bourje pernah muncul dalam sebuah foto ikonik dari pembantaian Sabra-Shatilla 1982, saat itu ia tengah menangis dan melambaikan tangannya di dekat deretan mayat. Ia mengatakan dia tidak lebih optimis tentang masa depannya, meski Sharon sudah mati .
“Tidak ada yang berubah,” katanya. ” Situasi di mana kita hidup tidak berubah.”
Sebuah penyelidikan Israel pada tahun 1983 menyatakan bahwa Ariel Sharon ” bertanggung jawab secara pribadi” karena tidak mencegah pertumpahan darah itu. Ia kemudian didorong untuk mengundurkan diri dari posisi menteri pertahanan. Tapi, kurang dari dua dekade kemudian ia bangkit untuk memimpin partai Likud dan terpilih sebagai perdana menteri.
“Budaya Israel adalah darah”
Pengungsi Palestina hidup dalam kondisi mengerikan di Lebanon, di mana banyak pengungsi yang berkumpul di kawasa kumuh dan sesak.
Sabra dan Shatila di Beirut adalah lingkungan gang-gang sempit di mana foto-foto Yasser Arafat, Mahmoud Abbas dan pemuda yang syahid dalam konflik dengan Israel banyak bertebaran dipajang di dinding-dinding rumah di kawasan itu.
Pemerintah Lebanon, takut mengubah keseimbangan sektarian yang mendukung sistem kekuasaan politik. Mereka menolak untuk menaturalisasi Muslim Palestina yang mayoritas memegang teguh paham Ahlu Sunnah (Sunni) dan mereka melarang para pengungsi palestina itu mendapatkan pekerjaan.
Youssef Hamzeh, yang dilahirkan sebelum berdirinya Israel pada tahun 1948, mengatakan ia melihat hanya sedikit harapan Palestina di Lebanon akan segera meningkat. Ia mengatakan pembicaraan damai tidak menghasilkan apa-apa.
“Negosiasi ini adalah sia-sia. Semua dialog adalah sia-sia karena budaya Israel adalah darah, ” katanya.
Berdiri di dekat tugu peringatan ia mengatakan, “Kami tidak akan lupa”, teriaknya di kamp-kamp itu ketika dia mengatakan Sharon harus diadili atas pembunuhan.
“Sebagai saksi atas perbuatan orang ini dan dari apa yang saya kami semua derita akibat orang ini, saya katakan ‘terkutuklah Sharon dan pendukung Sharon dalam kepemimpinan Israel… yang masih melakukan pembantaian, ” katanya .
“Kematian Sharon masih belum cukup,” pungkasnya.

Related

Save Palestina 135184437684108335

Posting Komentar

emo-but-icon

Archive

Recent

Comments

Side Ads

Text Widget

Connect Us

item