Penduduk Afghan : Pengadilan Syariah Taliban Lebih Adil Daripada Pemerintah Boneka

Penduduk Afghan : Pengadilan Syariah Taliban Lebih Adil Daripada Pemerintah BonekaMengapa banyak masyarakat Afghan lebih menyukai Mujahidin Taliban atau Imarah Islam Afghanistan? Wartawan BBC mencoba menginvestigasinya dengan
liputan khusus Bilal Sarway, koresponden BBC di Distrik Chapa Dara, Provinsi Kunar Timur, Afghanistan.

Artikel berjudul “Why many Afghans opt for Taliban justice” yang dimuat di situs BBC, Senin (2/12/2013) itu mengungkapkan kesaksian penduduk Afghan dua perbedaan mencolok antara pengadilan milik pemerintah boneka Amerika yang korup, dengan pengadilan syari’ah mujahidin Imarah Islam Afghanistan yang diliputi keadilan.

Bilal Sarwary bertemu dengan dua orang yang pergi menemui seorang hakim yang ditunjuk oleh pemerintah boneka, sementara yang lainnya pergi menemui hakim Syari’ah Mujahidin.

Jauh di dalam lembah Pech di distrik Chapa Dara, terletak Desa Barkanday. Ia bertemu dengan Gul Zaman , seorang petani berumur 57 tahun yang telah hidup dengan melalui dua tragedi pribadi yang memilukan dalam tiga tahun terakhir.

“Beberapa orang menembak mati saudaraku, Mohammad Zaman karena sengketa sepele,” kata Gul Zaman.

“Selama tiga tahun , saya menemui setiap hakim pemerintah, pun pejabat pengadilan yang tersedia di distrik ini. Tapi mereka semua mensyaratkan uang suap jika keluhan saya ingin didengarkan. 

Karena saya tidak mampu membayar, saya diusir keluar dari pengadilan layaknya hewan liar oleh petugas keamanan.”

GulZaman mengatakan semua kejadian dzolim itu terjadi, sementara para pembunuh saudara-saudaranya masih berkeliaran dengan bebas diDistrik tersebut.

“Tiga tahun kemudian, salah satu pembunuhnya kembali dan lagi-lagi menembak mati satu orang saudaraku yang lain. Tapi kali ini ia ditangkap. Kami merasa memiliki harapan, kami pikir, kami akan mendapatkan keadilan pada akhirnya,” katanya.

Gul Zaman mengatakan sidang pengadilan pun dilaksanakan, dan ia menghadirinya.

“Sang Hakim, melalui saudaranya , yang merupakan seorang penjaga di pengadilan, meminta apa yang bisa saya tawarkan?”

“Ketika saya berkata, ‘Saya tak punya apa-apa untuk saya berikan’, hakim menanyakan pertanyaan yang sama kepada terdakwa,” kata Gul Zaman.

“Terdakwa memberi hakim seekor sapi jantan dan 10kg kenari. Hakim lantas memberikan putusan yang menguntungkan terdakwa. Dan pembunuh saudara saya itu bisa berjalan bebas keluar dari hukuman.”

“Orang-orang sudah muak pada para hakim dan seluruh sistem peradilan mereka,” katanya lagi.

Bilal kemudian bertemu dengan warga desa lainnya, bernama Fazel Mohammad. Ia memberitahu bahwa empat anggota keluarganya tewas dalam bentrokan sengketa tanah.

Dia juga mengatakan hal yang tak jauh beda dengan Gul Zaman, pergi menemui para hakim pemerintah tetapi dimintai uang sogokan.

“Setelah membuang waktu berbulan-bulan memproses keluahn pada pejabat peradilan pemerintah, saya memutuskan untuk mendekati Taliban,” kata Mohammad.

” Aku pergi ke pusat Mujahidin Taliban di Distrik ini. Ada hakim Taliban dan para Mullah disana. Mereka memproses hukuman bagi terdakwa pada hari kedua sidang,” kata Mohammed.

Dia mengatakan bahwa hakim Mujahidin Taliban menggunakan al Qur’an dan Syariah Islam untuk memutuskan kasusnya.

“Mereka mengatakan kepada terdakwa untuk mengembalikan tanah milik kami segera. Meskipun terdakwa tidak senang dengan keputusan itu, Taliban memaksa mereka untuk menerimanya. Kasus ini bisa diselesaikan hanya dalam waktu seminggu,” kata Mohammad senang.

“Para hakim Taliban bahkan memberi saya surat yang menyatakan, bahwa tanah sengketa itu adalah milik saya. Dan siapa pun yang mencoba untuk mengganggu akan menghadapi kemarahan Taliban,” imbuh Mohammad.

Ia juga menambahkan bahwa kini tidak ada satu orang pun yang berani untuk merumputkan domba mereka di atas tanahnya.

Related

News 6229598651330083189

Posting Komentar

emo-but-icon

Archive

Recent

Comments

Side Ads

Text Widget

Connect Us

item